Kamis, 17 Februari 2011

Harga Kapas Mencetak Rekor

Reli harga kapas dunia nampaknya belum juga usai. Bahkan, kemarin, harga kapas mencapai rekor tertinggi lantaran pasokan kapas dunia semakin terbatas. Di sisi lain, permintaan kapas dunia, khususnya permintaan dari China terus meningkat.

Berdasarkan data Bloomberg, harga kapas di bursa Intercontinental Exchange (ICE) London, Kamis (17/2) berada di level US$ 2,04 per pon. Harga ini adalah rekor tertingginya sejak tahun lalu. Banjir yang melanda Australia, salah satu produsen kapas dunia, membuat petani kapas di negeri Kanguru itu mengalami gagal panen.


Di sisi lain, China, salah satu konsumen terbesar kapas dunia meningkatkan permintaan. Tahun lalu, produksi tekstil China mencapai 27 juta ton. Produksi ini tumbuh 14%dibandingkan tahun sebelumnya. "Kuatnya permintaan dan pasokan yang terbatas adalah kombinasi yang bagus untuk mendongkrak harga lebih tinggi," ujar Garry Raines, Ekonom FC Stone Fibers Textile seperti dikutip Bloomberg, Kamis (17/2).

Sekadar catatan, tahun lalu China mengimpor kapas sebanyak 2,84 juta ton. Ini adalah impor kapas terbesar sejak tahun 2006.

Akibat pasokan kapas yang kian terbatas, harga kapas dunia diperkirakan akan terus melambung. Bahkan, WorldCrops.com meramalkan harga kapas akan melambung dua kali lipat menjadi 5 sen dollar AS per pon pada Mei 2011 mendatang.

Vasudevan Ravi Shankar, Direktur Utama PT Asia Pacific Fibers Tbk, mengakui, tren kenaikan harga kapas masihakan berlanjut. "Selain banjir yang melanda Australia, kebijakan India yang menahan ekspor juga membuat pasokan kapas dunia terus menurun," jelasnya.

Melihat kondisi ini, Ravi meramalkan harga kapas ma-

sih berpeluang melanjutkan relinya hingga Oktober nanti. "Harga kapas baru akan berpeluang turun ketika ada panen tahap kedua di bulan Oktober nanti," katanya. Dus, dia meramalkan, harga kapas masih berpeluang naik menjadi 2,7 sen dollar AS per pon.

Terang ini akan membuat pengusaha kewalahan. Seperti kita ketahui, kebutuhan kapas industri tekstil dalam negeri terus meningkat dari tahun ke tahun. Sayangnya, Indonesia masih harus mengimpor hampir seluruh kebutuhan kapas. Sebab, produksi kapas lokal hanya bisa memasok kurang dari 1% dari kebutuhan.

Catatan saja, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, selama Januari-Oktober 2010 lalu nilai impor kapas naik mencapai US$ 1,7 miliar. Nilai ini naik 52% dari US$ 1,1 miliar di waktu sama 2009.

Nah, untuk mengatasi ketergantungan industri dalam negeri terhadap kapas impor, tahun ini Kementerian Pertanian (Kementan) mematok target produksi kapas sebesar 33.000 ton. Target ini lebihtinggi ketimbang target yang dipatok tahun 2010 yang mencapai 26.250 ton.

Sebelumnya, Direktur Tanaman Semusim Kementan Agus Hasanudin mengatakan, Kementan akan menggenjot produksi kapas dengan cara menambah lahan kebun kapas seluas 18.000 hektare (ha) tahun ini. Untuk itu, Kementan sudah mengidentifikasi lahan baru yang akan dijadikan perkebunan kapas, baik di tingkat petani maupun perusahaan perkebunan kapas di daerah.

Perluasan lahan tersebut tersebar di beberapa wilayah, seperti Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta dan Bali. Untuk menggenjot produksi, Kementan juga menyediakan bibit kapas unggulan jenis hibrida dari China

Tidak ada komentar:

Posting Komentar