Senin, 20 Juni 2011

Dua Pekan Terakhir, Produksi Sayuran Menurun

Produksi sayuran di sejumlah sentra produksi pertanian di Jawa Barat menurun tajam tajam, selama dua pekan terakhir. Turunnya produktivitas sayuran seperti selada, sosin, kol, dan jenis cabai-cabain diperkirakan akibat teriknya panas matahari dan menurunnya curah hujan belakangan ini.

Beberapa petani sayuran di Kec. Paropongpong, Kab. Bandung Barat, Minggu (19/6) menunjukkan, tanaman selada, sosin, dan kol, mereka yang kurang dapat berkembang, tanaman cabai dan cabai rawit yang mengerut dan cepat rontok. Umumnya, tanaman-tanamantersebut terganggu teriknya matahari karena penguapan pada pagi hari dan siang hari lebih tinggi.


Untuk mengakali kondisi demikian, para petani terpaksa meningkatkan penyiraman tanaman. Ini dilakukan agar tanaman mereka selamat dapat dipanen, di mana harga sosin kini sudah naik ke Rp 1.500/kg.

Nasib serupa dialami petani yang mengusahakan tanaman cabai rawit, terutama cabai domba yang sudah banyak yang rontok akibat sengatan matahari. Selain itu, cukup banyak pula tanaman cengek yang terserang virus akar sehingga tanamannya layu kemu-dian mati.

Menurut seorang petani yang mengusahakan cabai rawit. Adang, kondisi ini dirasakan menyulitkan, terutama karena harga jual sekarang kurang baik. Saat harga sedang menurun, produktivitas pun menurun pula sehingga banyak petani yang tekor karena biaya perawatan tanaman yang tinggi Gambaran serupa dilakukan para petani sayuran di Kec. Ci-gedung. Kab. Garut yang sedang mengusahakan tanaman cabai merah. Saat ini mereka juga sedang melakukan penyiraman melalui spinkle yang pengairannya diperoleh dari pegunungan.

Akibat kondisi ini, banyak tanaman cabai pun mengerut sehingga produktivitas tanamannya pun mulai menurun. Situasinya terasa cukup cepat berganti, di mana sepekan lalu produksi cabai malahan banyak dan bagus-bagus.

Menurut seorang petani, Agus Suhendar, jika kondisi terik matahari tertahankan ra-1 naman-tanaman cabai, banyak petani khawatir panen mulai Juli depan produkstivitasnya menurun. Jika pasokan pengairan untuk menyemprot tanaman tidak memadai, dikhawatirkan produksi cabai di Kec. Cigedug akan turun sampai 50 persen.

Sementara itu, menurut pengurus Asosiasi Agrobisnis Cabai Indonesia, Asep Halim, tanaman-tanaman cabai sejak sepekan terakhir memang terganggu teriknya matahari yang langsung terasa, walau kemarau baru awal.

Tampaknya, para petani cabai dan cabai rawit masih akan melihat situasi sampai akhir bulan. Bagi yang masih memiliki cadangan air untuk pengairan, mungkin masih banyak tanaman terselamatkan. Se-baliknya jika cadangan air langsung menurun, bisa jadi produksi cabai dan cengek bakal langsung anjlok," katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar