Senin, 20 Juni 2011

Produksi Pertanian Perlu Dievaluasi

Pemerintah disarankan mengevaluasi orientasi produksi pertanian nasional. Evaluasi dilakukan akibat penurunan produksi pertanian dan hanya fokus pada satu komoditas, yaitu padi. Akibatnya, peningkatan produksi komoditas lain terbengkalai.

"Perlu dievaluasi," ujar mantan menteri pertanian, Bungaran Saragih, kepada Republika, akhir pekan lalu, menanggapi kenaikan harga beras akibat kurangnya produksi pertanian.


Padahal, untuk meningkatkan produksi pertanian, Kementerian Pertanian (Ke-mentan) bekerja sama dengan BUMN melalui program Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi (GP3K). Tetapi, kata Bungaran, program tersebut sia-sia. Petani lebih tahu tentang luas lahannya dibandingkan BUMN.

Kenaikan harga beras, menurut mantan menteri pertanian era Megawati tersebut, merupakan dampak kesalahan orientasi kebijakan pemerintah. Selain penyediaan stok pangan, pemerintah dinilai melupakan kebutuhan konsumen.

Wakil Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Rahmat Pambudi, mengakui kesulitan GP3K di lapangan. Petani juga sulit percaya program itu.

Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso memperkirakan, harga beras terus naik sejak pekan pertama Mei. Menurutnya, salah satu penyebab harga beras naik adalah belum adanya penambahan stok beras nasional.

Kondisi itu, katanya, pernah terjadi pada 2010. Kenaikan harga beras 2010 berlangsung di pekan ketiga dan keempat April. "Semua bergantung surplus yang memengaruhi harga danstok Bulog dalam negeri."

Harga beras 2011 yang terbilang tinggi menyebabkan harga grosir terendah mencapai sepuluh persen di atas harga pembelian pemerintah (HPP). Padahal, pada saat panen terjadi, harga harus di bawah HPP.

Faktor kedua kenaikan harga beras karena panen musim hujan berakhir. Namun, di beberapa provinsi di Indonesia mulai panen kembali pada Juni 2011. Jawa Barat melaksanakan panen jagung pada Juni - September 2011, Jawa Tengah panen gadu pada Juli - Agustus 2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar