Senin, 20 Juni 2011

Ancaman Kekeringan Mulai Melanda

Ancaman kekeringan di Kabupaten Sukabumi semakin meluas. Walaupun musim kemarau baru berlangsung dua pekan terakhir, tetapi kecemasan para petani semakin menjadi-jadi. Kondisi ini seiring semakin menyusutnya pasokan air beberapa sumber mata air dan sungai.

Seperti yang dirasakan petani di Kampung Margasari, Desa Bojong, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi. Karena ancaman kekeringan semakinmeluas, mereka mendesak agar Dinas Pertanian dapat membantu meminjamkan pompa air secara gratis.


"Kami berharap pemerintah untuk segera turun tangan, terutama meminjamkan pompa air. Pompa sangat kami butuhkan untuk mengairi beberapa blok lahan pertanian yang kini terus terancam kekeringan," kata seorang petani padi di Kampung. Margasari, Desa Bojong, Juhri, Minggu (19/6).

Walaupun pemompaan belum bisa menjamin seluruh lahan pertanian dapat seluruhnya terairi, tetapi langkah tersebut dapat meminimalisasi meluasnya lahan kekeringan di Desa Bojong. Terutama di beberapa blok yang berada tidak jauh dari sumber mata air.

Dengan ada bantuan alat pompa air itu, petani mem-prediksi dapat melakukan penyedotan air dari beberapa sumber mata air dan sungai. Terutama di beberapa sumber mata air yang masih tersedia pasokan airnya.

"Setidak-tidaknya pemompaan dapat mengurangi kerugian petani. Walaupun pasokan air di sungai dan mata air sangat terbatas. Pemompaan hanya dapat mengairi beberapa blok lahan pertanian yag berada tidak jauh dari sumber mata air," katanya.

Ancaman kekeringan yang sama juga dirasakan para petani yang ada di wilayah Kab. Tasikmalaya yang memperkirakan musim kemarau sekarang ini bakal panjang. Bahkan Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kec. Pancatengah, Mubarok, dalam setiap pertemuan dengan para petani, mewanti-wanti petaniagar tidak menjual padi saat ini, karena diprediksi musim kemarau diperkirakan akan berlangsung lama.

"Kami senantiasa mengimbau agar para petani tidak menjual dulu padinya. Itu penting untuk ketahanan pangan keluarga," kata Mubarok, Minggu (19/6).

Ia juga mengimbau agar para petani yang menggarap lahan tadah hujan untuk sementara beralih ke pola tanaman palawija. Karena kalau bersikeras melakukan pola tanam padi, dikhawatirkan akan terjadi puso akibat kekeringan.

"Cuaca memang sulit diprediksi sekarang ini, tetapi dari perubahan iklim yang cepat kemungkinan kemarau akan panjang," katanya.

Sementara itu, petani lainnya di Kec. Cibalong, Ayi Mudir mengatakan, perubahan iklimyang relatif cepat akan berdampak pada kemarau panjang. Sawah yang tidak berpen-gairan teknis hendaknya ditanami palawija saja. "Kalau melihat cuaca yang terjadi seperti sekarang, kemungkinan kemarau panjang bakal terjadi," katanya.

Ia juga mengingatkan, para petani lainya untuk tidak menjual padi yang ada di lumbung masing-masing petani, meskipun saat ini harga padi cukup mahal. Ketahanan pangan keluarga sangat penting.

Mubarok mengatakan, luas lahan pertanian yang berada di lokasi tadah hujan di Kec. Pancatengah mencapai ratusan hektare. Saat ini, beberapa di antaranya ada yang sudah ditanami jagung, kacang-kacangan, juga palawija lainnya, sebagai pola tanam menghadapi kemarau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar