Senin, 20 Juni 2011

Lahan Sawah Terus Menyusut

Swasembada berasdapat dicapai bila terdapat lahan persawahanbaru seluas 1,5 juta hektare (ha). Selain itu, mcnurut Ketua Umum Kontak Tani .Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir, juga harus ada peningkatan produktivitas panen padi per hektare lahan dari target rata- rata 5 ton menjadi 7 ton. "Saat ini cetak sawah baru hanya 50.000 hektare per tahun, sementara alih fungsi lahan per tahun mencapai 100.000 hektare per tahun," katanya di Jakarta, kemarin.

Menurut dia, hingga saat ini luas areal persawahan baru sekitar 13,6 juta hektare, namun jumlah penduduk sudah mencapai 24 1,1 juta jiwa. Dengan kondisi ini, rata rata luas sawah per kapita hanya sekitar 500 meter. Ini jauh di bawah Vietnam dan Thailand.

Benih Padi Lokal Ungguli Impor

Kebijakan pemerintah yang cenderung lebih memilih jalan pendek telah menghambat kemandirian bangsa. Di bidang pangan, misalnya, pencapaian swasembada tidak diupayakan dengan semaksimal mungkin. Mereka seakan ingin mempertahankan kebijakan impor.

Sebagai contoh penyediaan benih padi. Tiap tahunnya, pemerintah mendatangkan ribuan hingga puluhan ribu ton benih dari sejumlah negara seperti China, Thailand, dan Vietnam. Ironisnya, anak bangsa sesungguhnya mampu menghasilkan benih-benih yang lebih unggul ketimbang benih impor. Persoalannya, dukungan pemerintah untuk mendorong penemuan benih unggul untuk kemudian memproduksi secara massal sangat minim.

Ancaman Kekeringan Mulai Melanda

Ancaman kekeringan di Kabupaten Sukabumi semakin meluas. Walaupun musim kemarau baru berlangsung dua pekan terakhir, tetapi kecemasan para petani semakin menjadi-jadi. Kondisi ini seiring semakin menyusutnya pasokan air beberapa sumber mata air dan sungai.

Seperti yang dirasakan petani di Kampung Margasari, Desa Bojong, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi. Karena ancaman kekeringan semakinmeluas, mereka mendesak agar Dinas Pertanian dapat membantu meminjamkan pompa air secara gratis.

Dua Pekan Terakhir, Produksi Sayuran Menurun

Produksi sayuran di sejumlah sentra produksi pertanian di Jawa Barat menurun tajam tajam, selama dua pekan terakhir. Turunnya produktivitas sayuran seperti selada, sosin, kol, dan jenis cabai-cabain diperkirakan akibat teriknya panas matahari dan menurunnya curah hujan belakangan ini.

Beberapa petani sayuran di Kec. Paropongpong, Kab. Bandung Barat, Minggu (19/6) menunjukkan, tanaman selada, sosin, dan kol, mereka yang kurang dapat berkembang, tanaman cabai dan cabai rawit yang mengerut dan cepat rontok. Umumnya, tanaman-tanamantersebut terganggu teriknya matahari karena penguapan pada pagi hari dan siang hari lebih tinggi.

Indonesia tak Perlu Impor Padi Hibrida

Pemerintah diminta menghentikan impor benih padi hibrida karena hanya mengecilkan peluang petani menghasilkan varietas padinya sendiri. "Biarkan petani bebas menggunakan bibit yang dianggapnya baik," papar mantan menteri pertanian Bungaran Saragih, akhir pekan lalu.

Menurutnya, hibrida impor tak cocok ditanam di Indonesia. Perbedaan iklim menjadi faktor penyebab. Cina adalah negara subtro-pis pengekspor utamabenih padi ke Indonesia. Benih subtropis yang ditanam di lahan tropis. katanya, hanya mendatangkan penyakit.

Produksi Pertanian Perlu Dievaluasi

Pemerintah disarankan mengevaluasi orientasi produksi pertanian nasional. Evaluasi dilakukan akibat penurunan produksi pertanian dan hanya fokus pada satu komoditas, yaitu padi. Akibatnya, peningkatan produksi komoditas lain terbengkalai.

"Perlu dievaluasi," ujar mantan menteri pertanian, Bungaran Saragih, kepada Republika, akhir pekan lalu, menanggapi kenaikan harga beras akibat kurangnya produksi pertanian.